Resensi Film "Petualangan Menangkap Petir"

 

Judul : Petualangan Menangkap Petir

Tahun : 2018

Sutradara : Kuntz Agus

Produksi : Four Colours Film

Durasi : 1 jam 26 menit

Film ‘Petualangan Menangkap Petir’ merupakan film drama Indonesia tahun 2018, diproduksi oleh Four Colours Film dan disutradarai oleh Kuntz Agus. Film ini menceritakan tentang Sterling (Bima Azriel) seorang anak yang tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi. Cerita ini dikemas dalam bingkai ‘anak kota masuk desa’.

Suatu ketika, orang tua Sterling, Mahesa (Darius Sinathrya) dan Beth (Putri Ayudya), memutuskan untuk pindah tempat tinggal dari Hong Kong ke Jakarta. Selama masa liburan sekolah, tepatnya sebelum pindah ke rumahnya di Jakarta, Mahesa dan Beth mengajak Sterling untuk berlibur ke Boyolali, tempat tinggal eyangnya (Slamet Rahardjo). Awalnya, Sterling merasa bosan dan kurang nyaman meninggalkan Hong Kong dan tinggal di kawasan pegunungan Merapi. Hal itu karena kebiasaannya menikmati kehidupan di dunia maya dan menjadi konten kreator. Namun, seiring waktu berjalan, ketika Sterling bertemu dengan teman-teman barunya, Gianto/Jayen (Fatih Unru), Neta (Zara Leola), Wawan (Jidate Ahmad), dan Kuncoro (Danang Parikesit), akhirnya dia dapat beradaptasi di lingkungan pedesaan itu.

Isu digital ini tampak terlihat saat Sterling ditanya oleh eyangnya, apakah dia memiliki teman dekat. Di usianya yang masih sangat kecil, dia sudah menjadi vlogger terkenal dengan ribuan subscriber. Sterling pun membanggakan kepada eyangnya bahwa dia memiliki banyak sekali teman, bahkan hingga beribu-ribu jumlahnya. Namun, tampaknya teman yang dimaksud oleh Sterling adalah teman di dunia maya. Ironisnya, Sterling bahkan tidak memiliki teman seorang pun di kehidupan nyata,.

Isu digital yang juga marak terjadi saat ini, membuat film ini menjadi lebih dekat dengan kehidupan kita. Kecanduan gadget dan media sosial, khususnya pada anak usia dini kerap kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan teknologi juga memberi pengaruh terhadap kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Konflik yang disajikan tidak hanya sebatas kegalauan Sterling yang jauh dari kebiasaannya di dunia maya. Film ini juga menyajikan konflik dinamis antara ibu dan anak, Beth dan Sterling. Melalui konflik tersebut, film ini memberikan sisi lain tentang bagaimana seorang ibu berupaya mengarahkan, memahami keinginan, dan membuat anaknya bahagia. Jika disimpulkan, banyak pesan moral yang sengaja dihadirkan dalam film ini, salah satunya pola didik orang tua kepada anaknya.

Tak hanya itu, film ini pun membuat penonton bisa lebih mengenal salah satu legenda dari Jawa pada era Mataram Islam yakni cerita Penangkap Petir yang merupakan julukan dari Ki Ageng Selo. Sterling dengan kemampuannya dalam videografi dan bermodal kamera, tripod serta perlengkapan seadanya mengajak teman-teman desa untuk membuat film berjudul ‘Petualangan Menangkap Petir’, cerita Ki Ageng Selo. Cerita yang realistis ini membuat penonton sangat menikmati tiap alur yang hadir dalam film tersebut.

Meski tidak mendapatkan dukungan dari sang Ibu, Sterling tetap menjalankan misi pembuatan filmnya ini. Ambisinya ini ia lakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan ibunya. Meski begitu, rencananya akhirnya terbongkar setelah sebuah kecelakaan terjadi ketika shooting film yang berakibat kebakaran pada salah satu gubuk warga. Karena kejadian itu, sang Ibu tak lagi mengizinkan Sterling untuk melanjutkan pembuatan filmnya dan terpaksa menyita kamera miliknya.

Namun, Sterling dan kawan-kawannya tidak patah semangat. Mereka akhirnya mendapatkan ide untuk meminjam kamera milik Bang Arifin, salah satu videografer dari desa tersebut. Dengan begitu, pembuatan film yang sempat tertunda akhirnya dapat mereka selesaikan. 

Kisah dalam film ‘Petualangan Menangkap Petir’ ini mengajarkan banyak hal, mulai dari sisi teknologi, kekeluargaan, maupun pendidikan. Dari kisah hidup Sterling, kita bisa memetik pelajaran tentang pentingnya menjalin hubungan, tak hanya di dunia maya, tetapi juga di kehidupan nyata. Di sisi lain, peran orang tua dalam memberikan pemahaman tentang teknologi, salah satunya gadget juga sangat penting agar sang anak tidak mengalami candu teknologi.